Alkisah maka tersebut lah perkataan gegak gempita. Terang cuaca menjadi kelam-kabut di bumi Dar al-Jampi.
Kalakian tersebut lah pula bersipongang berurita itu yang payah dibuntong lagi. Lalu ia belayar menyeberangi lahut.
Syahadan datanglah berkhabar berurita itu melayang hinggap di tanah besar. Maka tahu lah semua kalian. Lalu dipukul canang, berkelong usung lalu mengaruk lah masing-masing dengan desas-desusnya. Mangkin sehari mangkin bertambah-tambah banyak watak cerita.
Hatta tujuh malam tidur Sang Adipati Kecil mencari mimpi yang baik. Tiada dapat mimpi yang baik. Sering dimimpikan yang ngeri dan dibayangi seteru ketatnya Opu Daeng Molek.
Antara tidur dengan jaga, berdengung-dengung di telinga Sang Adipati Kecil suatu sahut yang berbunyi:
“Today, this is his personal problem. Why drag in so many people? It’s a simple question. If yes, say yes. If no, then say no. Why does he have to avoid the issue every day, get so excited and be so jumpy?”
[Oooops, ‘Cut’! Ni silap bahasa dan salah zaman … Kena ‘Take Two’ kot.]
Dengung di telinga Sang Adipati Kecil itu bukan buat seketika. Ia berdegar-degar.
“Kalau ‘ya’, katakan ya. Kalau bukan, katakan saja ianya memang tidak benar. Kenapa hendak diseret pihak lain masuk cerita?”
Hatta tujuh hari tujuh malam Sang Adipati Kecil mandi tak basah, tidur tak lena kerna asyik terdengar desis berlegar di awang-awang. Kemudian sampai lah berurita itu delapan hari.
Arakian berkumpul lah segala pangeran-pangeran serta penggawa-penggawa Sang Adipati Kecil di balairong seri. Sekaliannya itu masuk lalu lah menjunjung duli.
Apa bicara jamu-jamu yang menghadap Sang Adipati Kecil dan apa yang diputuskan singgahsana?
Untuk mengetahui cerita selanjutnya, baca penglipurlara di SINI
Puteri Pelangi dan penangan beti-beti
Ooo, Santubong puteri
Bertenun kain … malam
Ooo, Sejinjang puteri
Menumbuk padi … siang
Satu harinya duak kelahi
Beranuk-anuk sik henti-henti
Sorang madah diri bagus agi
Sorang sik kalah walau sampai ke mati
Udah lejuknya duak kelahi
Lalu bertukuknya duak puteri
Sejinjang mengayun aluk ke pipi
Tebik Santubong sampai gituk ari
Tapi Santubong membalas juak
Lalu ditikam batang belida
Hingga terkena Sejinjang kepala
Lalu bertabur jadi Pulo Kerak
Kisah Santubong, kisah Sejinjang
Asal berkawan jadi musuhan
Kini tok tinggal jadi kenangan
Pake ingatan sepanjang zaman
*** *** ***
Anda mungkin juga meminati:
Sang Puteri Helen Ratnasari,
Sesungguhnya, hamba amat terpersona pada mendengar hikayat Hikayat Puteri Pelangi Dura sama Sang Adipati Kecil itu. Sudah sekian banyak purnama dan zaman berlalu, baru sekarang hamba dapat menikmati lengguk ceritera purba.
Barang diingatkan, Tuan Puteri Helen Ratnasari harus langsung berceritera agar hamba dapat berhibur sambil mendengar perkhabaran berita yang mengasyikan.
An epic of similar scale to Ramayana. Though we may be tempted to label the Malaccan a hanuman, I think he is more Kumbhakarna or Indrajit in terms of “big picture” significance…
hehehe kalau padi katakan padi,
tidak saya tertampi-tampi…..